Monday, September 26, 2011

Dampak Bom Bunuh Diri, Pelaku Wisata Cemas

Selasa, 27 September 2011, 07:39

DENPASAR - Kalangan pelaku pariwisata khawatir serangan bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, Jawa Tengah, Minggu (27/9), berimbas ke Bali. Masalahnya, negara-negara seperti Australia, Inggris, dan Amerika Serikat dikhawatirkan akan mengeluarkan travel warning bagi warganya. Sementara, Kapolda Irjen Totoy H Indra menjamin Bali masih aman.

Kekhawatiran dampak bom bunuh diri di Gereja GBIS Solo berimbas ke Bali, antara lain, disampaikan Ketua BPC PHRI Badung, IGN Rai Suryawijaya, Senin (26/9). Suryawijaya menegaskan, sejauh ini serangan teroris di Solo memang belum berpengaruh terhadap tingkat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali. Hingga Senin kemarin juga belum ada cancelation (penundaan) atau bahkan pembatalan kunjungan wisman.

Namun, menurut Suryawijaya, berdasarkan pengalaman serangan teroris tahun-tahun sebelumnya, citra keamanan Indonesia di mata internasional biasanya terpengaruh oleh ledakan bom yang menelan korban nyawa dan terluka. Ujung-ujungnya, serangan bom berdampak ke pariwisata Bali. Apalagi, negara-negara yang selama ini menyuplai banyak wisatawan seperti Australia, AS, dan Inggris biasanya reaktif terhadap serangan teroris.

Suryawijaya mengaku khawatir Australia, AS, dan Inggris kembali mengeluarkan travel warning pasca ledakan bom bunuh diri di Gereja GBIS Solo ini. “Sampai saat ini memang belum ada pengaruhnya terhadap tingkat kunjungan wisman ke Bali dan mudah-mudahan tidak terjadi. Namun, kekhawatiran kita, negara
seperti Australia, AS, dan Inggris bisa saja mengeluarkan travel warning berkunjung ke Indonesia. Inilah yang akan berimbas bagi pariwisata Bali,” ujar Suryawijaya. Ditambahkan Suryawijaya, serangan bom bunuh diri di Solo ini bukan tak mungkin akan dimanfaatkan negara lain yang menjadi pesaing Bali dalam dunia pariwisata, seperti Thailand dan Singapura. Mereka akan berusaha ‘membajak; wisman yang semula hendak berkunjung ke Indonesia, termasuk Bali. Apalagi, wisman umumnya sensitif dengan isu keamanan dan kenyamanan.

“Saat promosi pariwisata di luar negara, pertanyaan yang pertama-tama muncul selalu masalah keamanan dan keamanan. Isu ini kan sangat sensitif,” keluhnya. Karena itu, Suryawijaya berharap pemerintah dan aparat kepolisian di Bali melakukan pengawasan dan pengamanan seketat mungkin. Bukan hanya objek wisata dan tempat strategis lainnya yang mesti diamankan, tapi juga tempat ibadah.

Sebagai pelaku pariwisata, Suryawijaya berharap jaringan teroris di Indonesia benar-benar bisa ditumpas hingga zero. Faktanya, satu diberangus, selalu muncul lagi jaringan teroris baru. “Terois sepertinya ingin balas dendam. Ini bukan hanya tugas pemerintah dan kepolisian untuk menjaga keamanan lingkungan, namun juga masyarakat,” katanya. Secara terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Daerah (Disparda) Badung Cokorda Raka Darmawan menyatakan yakin serangan bom bunuh diri di Gereja GBIS Solo tidak berdampak terhadap pariwisata di Bali, utamanya Bali Selatan. Kendati demikian, pihaknya berharap aparat keamanan melakukan pengamanan lebih ketat lagi di titik-titik rawan. “Kita berharap aparat lebih meningkatkan pengamanan Bali,” terang Cok Darmawan, Senin kemarin.

Sementara, Kapolda Bali Irjen Totoy H Indra menjamin keamanan Pulau Dewata pasca serangan bom bunuh diri di Solo. “Saya jamin saat ini kondisi Bali dalam keadaan aman dan kondusif,” tegas Kapolda saat ditemui di Mapolresta Denpasar, Senin kemarin. Menurut Kapolda, pihaknya berkordinasi dengan Pangdam IX/Udayana dan Gubernur Bali untuk bersama-sama memberikan rasa aman bagi masyarakat daerah ini. Semua pihak juga diingatkan agar tidak lengah, melainkan selalu waspada menghadapi segala ancaman.

Terkait pengamanan tempat ibadah di Bali khususnya gereja, menurut Kapolda, pihaknya selalu siap memberikan pengamanan. Jika tempat ibadah tersebut memang memerlukan bantuan pengamanan, polisi siap turun. “Itu tergantung situasi. Kalau memang diperlukan pengamanan, kami siap membantu,” tegas Kapolda. Di sisi lain, Gubernur Made Mangku Pastika juga mengharapkan masyarakat Bali waspada dan meningkatkan keamanan lingkungan pasca serangan bom bunuh diri di Gereja GBIS Solo. "Saya imbau semua masyarakat di Bali meningkatkan keamanan lingkungan, sehingga kelompok-kelompok pengacau keamanan tidak sampai masuk ke lingkungan kita," terang Pastika dikutip Antara seusai membuka acara ‘Veteran Confederation of ASEAN Countries, 24 Th Executive Board Meeting’ di Kuta, Badung, Senin kemarin. Pastika menegasakan, pelaku teror mempunyai angan mengacaukan negara dan keinginan-keinginan tertentu. "Pelaku bom bunuh diri di gereja itu memang sendiri, tapi dibalik itu ada kelompok-kelompok terorganisasi yang menyuruhnya," tandas mantan Ketua Tim Investigasi Bom Bali I 2002 dan Kapolda Bali berpangkat Komjen Pol (Purn) ini.

Untuk itu, lanjut Pastika, semua masyarakat harus waspada dan selalu menjalin kerjasama dengan komponen lainnya maupun aparat keamanan. Menyinggung keamanan terkait berbagai kegiatan berskala internasional di Bali mulai Oktober 2011 depan, Pastika menyerahkan sepenuhnya kepada aparat keamanan, termasuk TNI. "Kita tetap waspada dan menjaga keamanan. Namun, untuk tindakan soal pencegahan, kita serahkan kepada Polri/TNI," katanya. Sementara itu, semua pintu masuk Bali dijaga ketat pasca serangan bom bunuh diri di Solo. Bukan hanya Pelabuhan Gilimanuk (pintu masuk Bali dari arah barat) dan Pelabuhan Padangbai (pintu masuk Bali dari arah timur) yang dikawal ketat, namun juga pelabuhan kecil seperti Celukan Bawang (Buleleng/Bali Utara).

Setiap penumpang yang baru turun dari kapal yang terlihat mengenakan rompo dan membawa tas ransel, mendapat perhatian khusus petugas, sebagaimana dilakukan di Pelabuhan Padangbai, Kecamatan Manggis, Karangasem, Senin kemarin. Menurut Kapolsektif KP3 Padangbai, AKP I Dewa Nila Candra, kendaraan box juga mendapat pemeriksaan ketat.

Hanya saja, kata Nila Candra, sejauh ini belum ditemukan penumpang berbahaya di Pelabuhan Gilimanuk. “Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa. Tapi, pengamanan dipertetat, disinkronkan dengan Operasi Waspada Agung 2011,” katanya. “Kami tidak mau lengah dan tak mau ambil risiko,” imbuh Nila Candra sembari menyebut petugas memberlakukan pemeriksaan satu pintu di Pelabuhan Padangbai. Kondisi di Pelabuhan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Jembrana juga tak jauh beda. Jumlah personel keamanan di pintu masuk Bali dari arah barat ini ditingkatkan hingga dua kali lipat pasca ledakan bom bunuh diri di Solo. Selain itu, petugas juga melakukan sweeping di Gilimanuk, Senin kemarin. Sweeping kemarin dilakukan Satpol PP Pemkab Jembrana, dengan menyasar penduduk pendatang yang tinggal di sekitar Gilimanuk. Dua pleton Satpol PP yang dipimpin Kasat Pol PP Pemkab Jembrana, Putu Widarta, ini menysisir tempat kos-kosan dan rumah kontrakan yang dicurigai sebagai tempat aman persembunyian pelaku kejahatan.

Dari sweeping di Gilimanuk kemarin, petugas mengamankan 20 warga yang tidak mengntongi identitas apa pun. Mereka yang rata-rata penduduk pendatang ini umumnya sudah tinggal di Gilimanuk 2-3 tahun. Mereka yang terjaring itu kemudian dibawa ke Markas Satpol PP Jembrana untuk menjalani proses pemeriksaan lebih lanjut. “Kita lakukan sweeping untuk mencegah mauknya teroris ke Bali pasca bom di Solo,” terang Putu Widarta. Razia kependudukan juga dilakuka di wilayah Buleleng, Senin kemarin, untuk tujuan yang sama. Sweeping di Buleleng ini melibatkan aparat kepolisian, dengan menyisir tempat-tempat dianggap rawan, mulai dari Desa Kalibukbuk (Kecamatan Buleleng), kawasan Seririt, hingga Pelabuuhan Celukan Bawang (Kecamatan Gerokgak).

Pelabuhan Celukan Bawang bahkan dijaga polisi ekstra ketat sejak Minggu malam, dengan dipimpin langsung Kapolsek KP3 AKP I Made Joni Antara Putra SH. Malam itu, seluruh areal Pelabuhan Celukan Bawang disweeping petugas. Bahkan, para ABK (anak buah kapal) yang kapalnya sedang bersandar di Pelabuhan Celukan Bawang juga diperiksa. Sejumlah nelayan dan warga loal yang sedang memancing di Pantai Celukan Bawang pun tak lepas dari pemeriksaan. ”Kendati kami tidak menemukan pelanggaran dalam sweeping yang dilakukan hingga dinihari ini, namun pengawasan ketat tetap diberlakukan di Celukan Bawang,” terang Made Joni Antara, Senin kemarin.

Pada hari hari yang sama, Camat Seririt Putu Sweden juga ikut turun melakukan razia kependudukan di daeragnya. Dari razia di Seririt ini, petugas mengamankan 24 penduduk pendatang yang melanggar Perdea Kependudukan. “Kita minta mereka mengurus KIPPS bagi yang berasal dari Jawa dan STPPTS bagi yang berasal dari Bali (di luar Buleleng),” papar Putu Sweden.

sumber : NusaBali

No comments:

Post a Comment