Selasa, 18 Oktober 2011, 07:59
DENPASAR - Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik termasuk salah satu menteri yang dirolling dalam reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II. Putra Bali asal Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Bangli ini digeser ke posisi Menteri ESDM untuk gantikan rekannya sesama kader Demokrat, Darwin Saleh. Digesernya Jero Wacik dari jabatan Menbudpar disambut gembira para tokoh Bali.
Selain Jero Wacik, ada sederet menteri di KIB II yang posisinya dirotasi. Di antaranya, Mari Elka Pangestu, tokoh profesional yang sebelumnya menjabat Menteri Perdagangan (Mendag) dan dalam reshuffle kali ini dialihkan ke posisi
Menbudpar, menggantikan Jero Wacik.
Menbudpar, menggantikan Jero Wacik.
Demikian pula EE Mangindaan, yang sebelumnya menjabat Menteri Penertiban Aparatur Negara (Menpan). Politisi Demokrat ini digeser menjadi Menteri Perhubungan (Menhub), menggantikan Freddy Numberi (rekannya sesama kader Demokrat). Sedangkan Gita Wirjawan (tokoh profesional) yang sebelumnya menjadi Kepala BKPM, kini dialihkan ke posisi Mendag menggantikan Mari Pangestu.
Selain itu, berdasarkan informasi yang beredar luas di lingkaran Istana, Senin (17/10), sejumlah nama baru juga dipromosikan menjadi menteri. Politisi Demokrat Amir Syamsuddin, misalnya, dipromoasikan menjadi Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) menggantikan Patrialis Akbar (kader PAN). Sedangkan politisi Golkar Cicip Syarif Sutardjo (Korwil Pemenangan Wilayah Indonesia Timur DPP Golkar) dipromosikan menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan. Dia akan menggantikan rekannya sesama kader Golkar, Fadel Muhammad.
Politisi PPP yang kini anggota DPRD DKI Jakarta, Djan Faridz, juga dipromosikan menduduki jabatan Menteri Perumahan Rakyat (Menpera), menggantikan Suharso Manoarta (rekannya sesama kader PPP yang undur diri). Sementara akademisi yang Rektor Universitas Cendrawasih, Papua, Bert Kambuaya, dipromosikan menjadi Menteri Riset dan Teknologo (Menristek) menggantikan Suharna Surapranata (politisi PKS). Sedangkan Dahlan Iskan, tokoh media yang sebelumnya menjabat Direktur Utama PT PLN, dipromosikan Presiden SBY menjadi Menteri Negara BUMN. Dahlan Iskan dipercaya menggantikan Mustafa Abubakar (politisi Golkar). Sebaliknya, politisi PAN Azwar Abubakar dipromosikan menjadi Menpan, menggantikan EE Mangindaan. Sementara, perwira tinggi TNI yang sebelumnya menjabat Komandan Koodiklat TNI AD, Marciano Norman, dipromosikan menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) menggantikan Sutanto.
Rencananya, para menteri baru di KIB II pasca reshuffle ini akan menjalani tes kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, Selasa (18/10). Segala kemungkinan bisa terjadi, termasuk munculnya sejumlah nama baru di posisi menteri atau adanya menteri yang digeser posisinya.
Dari perkembangan terakhir hingga tadi malam, bergesernya posisi Jero Wacik ke Menteri ESDM terbilang surprise. Pasalnya, selama ini jabatan Menbudpar seolah sudah pakem jatahnya putra Bali. Ini jika melihat tradisi dalam tiga kabinet sebelumnya sejak era Presiden Megawati, di mana posisi Menteri Pariwisata selalu diduduki putra Bali. Mereka adalah Gede Ardika (Kabinet Gotong Royong 2001-2004), Jero Wacik (KIB I 2004-2009), hingga Jero Wacik (KIB II sebelum reshuffle 2009-2011).
Selama ini, tercatat ada lima putra Bali yang dipercaya menduduki jabatan menteri sejak era mendian Presiden Soeharto. Mereka masing-masing almarhum Letjen TNI Purn Ida Bagus Sujana (putra dari Sanur yang Menteri Pertambangan dan Energi era Orde Baru), almarhum Prof Dr dr Ida Bagus Oka (mantan Gubernur Bali yang jadi Menteri Kependudukan dan BKKBN era BJ Habibie), Anak Agung Gde Agung (tokoh Puri Agung Gianyar yang jadi Menteri Masalah Kemasyaratakan era Gus Dur), I Gede Ardika (putra Buleleng yang jadi Menteri Pariwisata era Megawati), dan Jero Wacik (putra Kintamani, Bangli yang jadi Menbudpar hampir dua kali periode era SBY).
Asumsi yang berkembang belakangan ini, seorang Menbudpar tidak mungkin diberikan kepada orang luar Bali, mengingat pariwisata identik dengan Bali. Karena itu, menjelang dibentuknya KIB II, Oktober 2009 lalu, persaingan berebut posisi Mendudpar terjadi antara seesama putra Bali, seperti Jero Wacik, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace (tokoh Puri Agung Ubud yang Bupati Gianyar), dan Jro Gede Karang (tokoh pariwisata asal Bangli).
Namun nyatanya, digesernya Jero Wacik dari posisi Menbudpar ke Menteri ESDM justru disambut gembira sejumlah tokoh Bali. Alasannya, dengan dipercayanya Jero Wacik menduduki kursi Menteri ESDM, menjadi bukti bahwa Bali punya banyak tokoh yang mampu mengelola bidang selain urusan pariwisata.
Akademisi dari Universitan Ngurah Rai (UNR) Denpasar, Cokorde Gede Atmaja, yang selama ini dikenal sebagai pengamat sosial, hukum, dan politik juga mengaku tidak terkejut Jero Wacik digeser menjadi Menteri ESDM. “Itu justru bagus untuk membuktikan Bali memiliki banyak tokoh nasional,” terang Cok Atmaja di Denpasar, Senin sore.
Cok Atmaja mengingatkan, dalam reshuffle kabinet kali ini, Bali tidak harus berpatokan dengan posisi Menteri Kebudayaan-Pariwisata. Di era Soeharto pun, Bali pernah mendapatkan jatah Menteri Pertambangan dan Energi yang saat itu dijabat IB Sujana. Hanya saja, kata dia, belakangan memang Bali selalu dijatah posisi Menteri Pariwisata. “Tapi, dalam satu rezim, Menteri Pariwisata bukan kiblatnya ke Bali saja. Justru kalau Bali bisa merebut kursi menteri di luar pariwisata atau lebih dari satu menteri, itu bagus untuk membuktikan Bali banyak ada tokoh mumpuni. Kadang kita berpikirnya untuk Menteri Pariwisata harus dari Bali. Tidak boleh seperti itu,” jelas Cok Atmaja. Ditambahkan Cok Atmaja, isu reshuffle kabinet sekarang adalah politik praktis karena pengaruh rezim yang berkuasa. “Politik praktis yang sulit dibedakan antara pengkhianatan dan kesetiaan. Apalagi, sekarang mau ada wakil-wakil menteri segala,” katanya. “Masalahnya sekarang, personel di kementerian itu kebanyakan alias gemuk, kerjanya pun sudah bisa ditebak. Kayak dulu di era Soekarno ada kabinet seratus menteri, ya tidak efektif,” lanjut Cok Atmaja.
Jadi, menurut Cok Atmaja, dirollingnya Jero Wacik ke posisi Menteri ESDM justru merupakan tantangan bagi tokoh-tokoh di Bali. “Siapa pun Menteri Pariwisatanya, kiblat pariwisata itu ya tetap saja ke Bali. Dari Bali pula Indonesia itu dikenal. Nggak usah khawatir,” jelasnya.
Cok Atmaja menantang tokoh-tokoh Bali untuk kembangkan daerahnya menjadi daerah tujuan pariwisata yang bukan hanya karena faktor budaya saja, namun ada keunggulan sisi lain. Misalnya, kembangkanlah Bali menjadi daerah tujuan wisata konferensi (MICE), bukan hanya sebagai daerah tujuan petualang.
“Bali jangan sampai kehilangan ide-ide cerdas dalam pengembangan pariwisatanya. Itu harus dibuktikan, tantangan buat tokoh-tokoh Bali. Ingat, dukungan dan pengaruh Bali dalam kancah politik nasional hanya 3 persen. Nah, ini harus dibuktikan dengan ide-ide bagus dari Bali,” terang Rektor UNR ini.
Hal senada juga disampaikan Ketua DPD Demokrat Bali, Made Mudarta. Menurut Mudarta, digesernya Jero Wacik ke posisi Menteri ESDM ini memberikan pemikiran bahwa dari Bali banyak tokoh mumpuni. “Bali banyak calon menteri dan tokoh mumpuni yang tidak hanya mampu menjadi Menteri Pariwisata. Kalau nanti ada tugas menjadi menteri bidang di luar pariwisata, putra Bali pasti siap,” tegas Mudarta secara terpisah, Senin kemarin.
Mudarta mentatakan, pemikiran dan ide-ide untuk memajukan pariwisata tetap akan lahir dari Bali, sekalipun Menbudpar dipegang tokoh luar Bali. Demokrat Bali, kata Mudarta, yakin Presiden SBY tepat menentukan siapa-siapa yang dipercaya menduduki kursi menteri.
Sementara itu, berbagai kalangan kritik penunjukan 12 wakil menteri yang dilakukan Presiden SBY. Mantan Presiden Megawati yang Ketua Umum DPP PDIP menganggap ini pemborosan, sementara jalannya pemerintahan akan semakin tidak efektif. Megawati memaparkan, ada tiga syarat sebuah tim bisa efektif. Pertama, jika mampu menempatkan orang yang tepat pada bidangnya. Kedua, manajemen yang baik. Ketiga, mampu melakukan skala priotitas dan melihat akar persoalannya.
"Harus dilihat problemnya itu apa saja. Dari situ kan bisa dilihat, dari semua bidang yang diamati, akan dapat dilihat problem-problemnya, kemudian dicari prioritasnya. Jadi, bukan dilihat atau diatasi dengan banyaknya orang seperti itu," tandas Megawati dilansir detikcom terpisah, Senin kemarin. Ditambahkan Mega, negara akan menanggung biaya rutin, gaji, berbagai fasilitas yang harus disediakan kepada para wakil menteri ini. Politisi PDIP lainnya, Ganjar Pranowo, bahkan menganggap penambahan sejumlah wakil menteri ini sebagai upaya SBY cari teman. SBY dinilai sedang mempraktekkan politik akomodasi. "SBY sedang mencari teman. Penunjukkan itu hanya politik akomodasi dalam mencari teman," kata Ganjar.
sumber : NusaBali
No comments:
Post a Comment